Seni & Budaya, Jakarta — Djakarta International Theater Platform (DITP) 2025 resmi digelar pada 5–12 Agustus 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Memasuki edisi ke-8, ajang tahunan yang diprakarsai oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini terus memperkuat posisinya sebagai ruang eksperimen artistik, pertukaran pengetahuan, dan kolaborasi lintas disiplin dalam seni pertunjukan.
Tahun ini, DITP bekerja sama dengan Gema Citra Nusantara (GCN) dan mengusung tema kuratorial “rumah | | panggung”. Terinspirasi dari struktur rumah panggung tradisional Asia Tenggara, tema ini merepresentasikan ruang transisi antara domestik dan publik—tempat bersemainya relasi, pertemuan, dan produksi makna. Simbol ‘| |’ turut menjadi pengantar atas arah baru kuratorial DITP untuk periode 2025–2028 yang berakar pada konsep geopolitik dan geokultural Bumantara.
“DITP tidak sekadar memfasilitasi pertunjukan, tetapi juga merumuskan ulang bagaimana seni pertunjukan dapat hadir sebagai ruang berpikir bersama lintas kawasan,” ujar Yustiansyah Lesmana, Direktur Artistik DITP 2025. “Inisiatif ini juga merupakan upaya jangka panjang membangun ekosistem pertunjukan yang berakar kuat namun terbuka terhadap percakapan lintas identitas dan sejarah.”
Mira Arismunandar, pendiri GCN, menambahkan, “Selama dua dekade, GCN konsisten mengembangkan minat generasi muda terhadap seni dan budaya tradisi Indonesia. Kolaborasi ini merupakan langkah penting dalam membangun infrastruktur kerja kebudayaan yang berkelanjutan.”
Tujuh Pertunjukan Utama
Selama delapan hari, DITP 2025 menampilkan tujuh pertunjukan dari berbagai daerah dan negara Asia Tenggara:
PLUNGE – Teater Tetas (Jakarta)
TIDUR LAMBAK – Tapir Studio (Malaysia)
GERAK DARI CIKINI – Nungki Kusumastuti (Jakarta)
THE LESSONS OF SILENCE – Agnes Christina (Magelang)
THE VOICES AFTER CAK! – Mulawali Institute (Bali)
BAYANG KAKI LIMO – Teater Sambilan Ruang (Padang)
MOTHER DOESN’T KNOW MNEMOSYNE – Trà Nguyá»…n (Vietnam)
Program Residensi dan Instalasi
Salah satu inisiatif baru yang diperkenalkan tahun ini adalah program BELALANG \ CÀO CÀO: Translocal Performance Lab, sebuah laboratorium residensi yang mempertemukan delapan seniman terpilih dari Asia Tenggara. Program ini berlangsung selama tiga minggu dan akan ditutup dengan presentasi performatif pada 12 Agustus 2025.
Selain itu, pengunjung dapat menikmati instalasi seni “Dwelling / Departing” karya Kamizu (Myanmar), yang mengajak audiens untuk merenungkan ulang makna “rumah”.
Dukungan dan Kolaborasi
DITP 2025 didukung oleh berbagai institusi nasional dan daerah, termasuk Kementerian Kebudayaan RI, Dana Indonesiana, LPDP, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, DISPUSIP DKI Jakarta, serta mitra lainnya seperti Yayasan Kelola, TERASIA, Perkumpulan Nasional Teater Indonesia, dan Konferensi Pertunjukan dan Teater Indonesia.
Tentang DITP
Djakarta International Theater Platform dibentuk sebagai ruang pertukaran dan eksperimen bagi para seniman pertunjukan. Sejak awal, DITP dirancang sebagai infrastruktur cair yang menghubungkan gagasan, praktik, dan sensibilitas artistik lintas konteks.
Untuk periode 2025–2028, DITP menggunakan konsep Bumantara sebagai kompas kuratorial. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana pada 1975 untuk menggambarkan Asia Tenggara sebagai ruang geokultural yang dinamis dan terhubung oleh sejarah pelayaran, perdagangan, serta aliran budaya. Bumantara dimaknai sebagai visi masa depan tentang kawasan yang terhubung, kolaboratif, dan melampaui batas-batas nasional.
Tentang Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)
Dewan Kesenian Jakarta adalah lembaga otonom yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan pertama kali dikukuhkan oleh Gubernur Ali Sadikin pada 7 Juni 1968. DKJ berperan sebagai mitra strategis pemerintah DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan serta mengembangkan program-program seni dan budaya di ibu kota.(rls/DITP)

Post a Comment